Pro dan Kontra Penetapan SMS Interkoneksi Berbasis Biaya

Pro dan Kontra Penetapan SMS Interkoneksi Berbasis Biaya. (Detikinet)-Jakarta – Kendati sudah berjalan sejak 1 Juni lalu, masih ada pro dan kontra mengenai penetapan SMS interkoneksi berbasis biaya. Salah satu polemiknya mengenai tarif biaya interkoneksinya, yaitu sebesar Rp 23 per SMS, yang dianggap belum pas.
Padahal menurut beberapa operator, antara biaya produksi dengan tarif interkoneksi yang merujuk pada tahun 2010 berbeda jauh. Sehingga, setidaknya skema biaya tersebut bisa lebih murah lagi dari Rp 23.
“Menyikapi skema tersebut janganlah skeptis seperti itu. Saya akui memang biaya itu bisa turun. Namun yang mesti diingat adalah, skema ini kan hasil rundingan dengan semua operator. Pertimbangan dari segi industri juga harus dilihat. Kalau mau turun lagi, ya mari duduk bareng kembali,” tukas Kepala Humas dan Pusat Informasi Kominfo Gatot S Dewa Broto, kepada detikinet, Selasa (5/6/2012).

Gatot menegaskan, dalam menyikapi skema interkoneksi ini, operator harus cerdas. Maksudnya, tarif Rp 23 per SMS itu bukan berarti menjadikan batas bawah dalam menentukan tarif SMS. Apalagi sampai menganggap tarif SMS akan naik.
“Justru di sini operator harus dituntut cerdas. Saya analogikan begini, pelanggan operator A mengirim SMS ke operator B. Kalau dulu kan gratis, nah sekarang ada Rp 23 yang harus disetorkan operator A ke operator B. Operator kan bisa menentukan biaya produksi dan sebagainya, ya misalnya sekali kirim Rp 100, Rp 23 untuk operator yang dikirimi SMS, sisanya masuk ke kantong operator itu,” katanya.Skema ini menurut Gatot merupakan kebijakan yang fair, karena mesti diingat juga pemasukan operator juga akan ditambahkan melalui uang yang diterima melalui operator lain yang dikirimi SMS.
(Sumber: Detikinet)

Pos terkait